Rabu, 31 Desember 2014

Bisnis Waralaba Makanan Paling Menjanjikan di Tahun 2015

 
Bisnis Waralaba Makanan
 
 
Anda yang tengah mencari peruntungan dalam berbisnis, cuan waralaba atau franschise tahun depan masih menggiurkan. Pertumbuhan ekonomi yang membaik mendorong naiknya pendapatan warga. Utamanya, kenaikan jumlah kelas menengah.

Boston Consulting Group memprediksi jumlah kelas menengah di Indonesia sebesar 64% dari 2012 yang berjumlah 41,6 juta jiwa menjadi 68,2 juta jiwa pada 2020. Dengan pengeluaran berkisar berkisar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per bulan, kelas menengah ini menjadi pasar potensial bagi bisnis, tak terkecuali pebisnis waralaba.

Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Amir Karamoy mengatakan, bisnis waralaba masih akan semarak tahun depan. Tak hanya waralaba lokal tapi juga waralaba asing. "Potensi pasar Indonesia jadi pemacu," ujar dia.

Berlakunya pasar bebas ASEAN, pewaralaba dari negeri tetangga di kawasan Asia Tenggara akan menyerbu pasar Indonesia. Pebisnis waralaba Thailand dan Filipina termasuk agresif mengincar bisnis di Indonesia. Dalam pameran Franchise & License Expo Indonesia 2014 belum lama ini, sekitar 45 brand waralaba asing siap merambah pasar Indonesia.

Mereka datang dari Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Jepang. Kebanyakan dari mereka membidik sektor makanan. "Ini bisnis paling unggul di tahun depan," kata Amir.

Naiknya pendapatan bertambahnya warga kelas menengah, berikut perubahan gaya hidup menjadi pendorong bisnis ini. Alasan yang sama menjadikan bisnis waralaba seperti ritel, salon dan spa, travel, pendidikan serta klinik kesehatan dan kecantikan juga menjanjikan. "Investor Jepang juga akan masuk bisnis kesehatan dan ritel lebih banyak lagi, " tandas Amir.

Pengamat waralaba Anang Sukandar menambahkan, bisnis waralaba kuliner masih akan mendominasi tahun depan. "Dibandingkan sektor lain, bidang makanan masih nomor satu," ujarnya. Bisnis ini menjanjikan karena pasarnya besar dan dibutuhkan semua orang sehingga perputaran uangnya lebih cepat.

Urutan kedua sektor ritel. Selanjutnya diisi sektor lain yang mayoritas berhubungan dengan kebutuhan warga dan gaya hidup konsumerisme. Sayang, peluang menggiurkan dari sektor kuliner, kata Amir dan Anang, dominan diambil waralaba asing. Adapun jagoan lokal, banyak yang bermain di sektor ritel. "Waralaba lokal jago kandang, padahal peluang di Asean juga terbuka, "ujar Amir.

Selasa, 30 Desember 2014

Peluang Bisnis Perangkat Elektronik

 
peluang bisnis terbaru
 
Banyaknya usaha elektronik yang ada saat ini, di karena kebutuhan masyarakat akan barang elektronik juga semakin meningkat.
 
NERACA
 
Permintaan masyarakat akan produk elektronik cukup tinggi, akibatnya usaha penjualan perangkat elektronik saat ini banyak ditemukan di berbagai tempat. Dari mulai usaha pembuatan barang elektronik, toko elektronik, usaha jasa reparasi barang elektronik, sampai Mandiri - UMKM - Mandiri Kredit Usaha Produktif elektronik banyak kita temukan di sekitar kita.
 
Apalagi, mengingat kalau saat ini produk elektronik bukan lagi menjadi barang mewah, hampir setiap rumah sudah memiliki barang elektronik. Tak peduli dari kalangan apa masyarakat tersebut. Ya, baik masyarakat menengah ke atas, maupun masyarakat menengah ke bawah sudah barang tentu menggunakan barang elektronik untuk memudahkan pekerjaan mereka.
 
Dengan kata lain, usaha di sektor elektronik memiliki prospek yang sangat cerah, apalagi saat ini perkembangan teknologi sangat pesat. Dan masyarakat pun memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut untuk mempermudah pekerjaan mereka.
 
Tentu saja, tingginya minat dan daya beli konsumen akan barang elektronik, memberikan keuntungan tersendiri bagi para pelaku Usaha elektronik. Seperti Ichen misalnya, keuntungan yang didapat cukup besar. Apalagi dia juga memberikan fasilitas kredit.
 
"Kan tidak semua konsumen punya banyak uang, saya bekerjasama dengan salah satu leasing untuk membiayai konsumen. Biasanya, konsumen yang ada di sini lebih mencari produk seperti televisi, PS, AC, kulkas, dan mesin cuci," sebut Ichen pemilik salah satu toko elektronik di bulangan Kebon Jeruk Jakarta barat.
 
Meski demikian, usaha di bidang ini juga pasti akan menemui kendala, nah kendala dalam menjalankan usaha ini biasanya adalah karena kurangnya modal untuk mengembangkan usaha. Karena untuk membuka Usaha elektronik, membutuhkan modal usaha yang tidak sedikit, apalagi jika melihat ketatnya persaingan bisnis yang cukup ketat.
Kendala yg lainnya yaitu harga barang elektronik yg sering naik turun, seiring dgn naik turunnya nilai rupiah.
 
Memulai Usaha
 
Untuk memulai utamanya yang harus disiapkan adalah lokasi usaha yang strategis, setelah urusan lokasi usaha terpenuhi, selanjutnya cari informasi distributor barang elektronik yg dapat menyuplai produk elektronik.
 
Bisa saja degan bekerjasama pada toko grosir elektronik yang ada pusat penjualan elektronik seperti Glodok atau Mangga dua. Lalu, atur strategi pemasaran usaha elektronik milik Anda. Bisa degan membagikan brosur maupun pamflet di lingkungan sekitar toko Anda.
 
Selain itu Anda juga bisa beriklan di media sosial dengan cara free, atau jika punya dana lebih banyak, pasanglah iklan di berbagai mediabaik media cetak, elektronik, dimana semua itu bertujuan agar masyarakat mengetahui informasi mengenai keberadaan Usaha Anda.
 
Nah, jika usaha Anda ini sudah berjalan, bila perlu berikan potongan harga untuk pembelian produk tertentu. Sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk elektronik pada di toko Anda. Karena walau bagaimana pun faktor harga sangat menentukan penjualan Anda.
 
Perlu Anda ingat, kunci kesuksesan usaha elektronik adalah dengan mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang saat ini. Intinya, dengan menyediakan produk elektronik dengan teknologi terkini mampu menarik minat konsumen
 
Artikel lainnya

Senin, 29 Desember 2014

Model Bisnis Unik dan Terpadu

Pada Januari 1993, Lippo Karawaci meresmikan pembangunan kota mandiri pertamanya Lippo Village di Karawaci, Tangerang, yang terletak 30 kilometer sebelah barat Jakarta. Kemudian, pada tahun yang sama, perseroan mulai mengembangkan Lippo Cikarang, sebuah kota mandiri dengan kawasan industri ringan yang yang terletak 40 km sebelah timur Jakarta. LPKR resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 Juni 1996.

Setelah penggabungan delapan perusahaan properti pada 2004, Lippo Karawaci mengembangkan portofolio usahanya mencakup Urban Development, Large Scale Integrated Development, Retail Malls, Hospitals dan Hotels & Leisure.

LPKR yang tergabung dalam kelompok usaha Lippo Grup, memiliki usaha dalam bidang real estate, pengembangan perkotaan (urban development), pembebasan/ pembelian, pengolahan, pematangan, pengurugan dan penggalian tanah; membangun sarana dan prasarana/infrastruktur; merencanakan, membangun, menyewakan, menjual, dan mengusahakan gedunggedung, perumahan, perkantoran, perindustrian, perhotelan, rumah sakit, pusat perbelanjaan, pusat sarana olah raga dan sarana penunjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada lapangan golf, klub-klub, restoran, tempat-tempat hiburan lain, laboratorium medik, apotik beserta fasilitasnya baik secara langsung maupun melalui penyertaan (investasi) ataupun pelepasan (divestasi) modal; menyediakan pengelolaan kawasan siap bangun, membangun jaringan prasarana lingkungan dan pengelolaannya, membangun dan mengelola fasilitas umum, serta jasa akomodasi.

Saat ini, LPKR adalah perusahaan properti terbesar di Indonesia dengan kapitalisasi pasar, aset dan pendapatan, dengan model bisnis yang unik dan terpadu. LPKR menciptakan perkembangan yang terencana yang menghindari kemacetan lalu lintas, yang bebas banjir, dan memiliki infrastruktur kelas dunia.

Perusahaan ini didorong oleh visi mempengaruhi kehidupan, sementara terus menciptakan nilai bagi para stakeholder. Atas keberhasilan perusahaan, LPKR melalui Lippo Cikarang terpilih sebagai The Region's Top 200 Small and Midsize Companies, Terbaik dibawah Satu Miliar Dolar dari Forbes Asia pada Desember 2014.

Hingga September 2014, LPKR dapat membukukan kenaikan 15,4 % laba yang terjadi karena terdapatnya pertumbuhan pendapatan yang sehat di semua lini bisnis, demikian dikatakan Perseroan melalui release pada hari Jumat. Laba bersih pengembang properti tersebut meningkat menjadi Rp1,05 triliun (USD86,8 juta) pada periode Januari-September dari Rp910 miliar pada periode sebelumnya.

LPKR memperkirakan laba perseroan 2014 mencapai Rp2,5 triliun, naik 107% dibandingkan 2013. Sementara pendapatan diperkirakan Rp11,7 triliun, naik 75%. Selama 2014, LPKR telah meluncurkan total 9 menara kondominium serta 1 gedung perkantoran. Perkiraan 2014, marketing sales properti LPKR mencapai sekitar Rp5,2 triliun atau tumbuh lebih dari 26% dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp4,1 triliun.

Sementara untuk 2015, LPKR memperkirakan laba sebesar Rp2,2 triliun atau turun 15%. Sedangkan pendapatan diperkirakan Rp11,6 triliun, turun 0,5%.

Minggu, 28 Desember 2014

Bisnis Online Kurangi Omzet Konter Handphone


Bisnis Online Kurangi Omzet

Maraknya bisnis gadget dengan memanfaatkan media internet (online shopping) sedikit banyak berpengaruh pada omzet konter-konter handphone di Yogyakarta. Pemilik konter harus memeras otak lebih keras supaya tidak gulung tikar. 

Menurut pengelola sejumlah pusat handphone di Yogyakarta, Jacky Latupeirissa, semakin banyaknya bisnis online shopping memang membawa dampak tersendiri pada angka penjualan di konter. Meski penurunannya belum terlihat signifikan, dia menyebut ada pengurangan pendapatan perbulannya.

"Pasti ada lah dampaknya. Ada penurunan sekitar 20-30 persen," kata Jacky, Senin (6/10/2014).
Meski begitu, Jacky enggan memaparkan berapa nilai penurunan tersebut. Pasalnya, keuntungan yang diraup tiap konter cukup beragam. Meski begitu, diyakinkannya bahwa hampir semua konter mengalami dampak serupa.

Keunggulan sistem online menurutnya memang cukup menarik minat konsumen. Mereka bisa berbelanja gadget dan perangkat komunikasi tanpa harus repot datang ke konter. Sehingga, dari sisi waktu dan biaya, konsumen merasa diuntungkan karena efisiensinya.

Namun, ada keunggulan sistem belanja konvensional yang tak bisa tergantikan yakni interaksi antara penjual dan pedagang. Di dalamnya sekaligus mencakup urusan tawar menawar harga.

"Ini yang membuat beberapa konsumen lebih memilih untuk berbelanja di konter ketimbang melalui online shopping," katanya.

Untuk tetap bisa mengundang konsumen, biasanya pemilik konter bakal menggelar program promo beserta undian hadiah tertentu. Beberapa pemilik konter juga memanfaatkan media online untuk mendongkrak penjualannya.

"Ini jadi strategi untuk menyaingi bisnis online. Istilahnya, mereka jemput bola pada konsumen. Barang bisa diantar langsung pada konsumen," sambung Jacky.